LONDON - Sejumlah negara anggota Uni Eropa termasuk Inggris, mendesak penghentian embargo senjata ke Suriah. Hal itu ditujukan untuk mempermudah pengiriman senjata dari negara Uni Eropa ke oposisi Suriah.
Usulan itu didukung oleh beberapa negara Uni Eropa, meski demikian ditentang oleh Jerman dan Swedia. Pada dasarnya, embargo itu cukup luas dan ditujukan ke Presiden Bashar al-Assad dan kroninya. Namun Inggris mulai mempertimbangkan untuk mempersenjatai fraksi oposisi yang ingin menumbangkan Assad.
"Mengirimkan senjata akan menciptakan keseimbangan militer dalam lapangan," demikian pernyataan pejabat di kantor Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa, seperti dikutip EU Observer, Senin (18/2/2013).
"Namun hal itu justru memicu eskalasi konflik, meningkatkan resiko militansi, serta proliferasi senjata di era pemerintahan pascaAssad," imbuhnya.
Seperti diketahui, Suriah tidak hanya dikenakan sanksi berupa embargo senjata oleh Uni Eropa. Beberapa sanksi lain yang diterima Suriah antara lain adalah perdagangan, minyak, dan keuangan.
Tepat pada hari ini, Uni Eropa dijadwalkan menggelar rapat untuk membahas isu Suriah. Rapat itu akan dihadiri oleh Utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Lakhdar Brahimi.
Beberapa pekan yang lalu, Prancis ikut berkomentar mengenai isu pencabutan embargo senjata ke Suriah. Presiden Francois Hollande menilai, saat ini bukanlah saat yang tepat untuk mencabut embargo dan mengirim senjata ke fraksi oposisi.
"Ini (pencabutan embargo) hanya akan dilakukan bila tidak ada lagi kesempatan untuk dialog," ujar Hollande.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar